Banner

banner
News Update :
Home » , » Haruskan Mendirikan Jama'ah Untuk Menyatukan Umat

Haruskan Mendirikan Jama'ah Untuk Menyatukan Umat

Penulis : Unknown on Jumat, 23 November 2012 | 16.54

Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya yang ber judul Menggalang Persatuan Mewaspadai Perpecahan.
Karena keterbatasan dalan huruf arab maka kami tidak mencatumkan ayat atau hadist sehingga sedikit mengurangi pemahaman dalam bahasa arab. Semoga hal ini tidak menjadi kendala dalam memahami maksud artikel ini. Selamat membaca;
----------------------------
Mendirikan jama'ah yang beragam tujuan, manhaj, anggaran dasar dan rumah tangganya, tidaklah menyatukan umat. Akan tetapi justru memecah belah umat. Umat Islam menjadi lemah, musuh Islam menjadi kuat.
Dalil al-Qur'an dan hadist yang melarang kita mendirikan jama'ah-jama'ah dan gerakan baik dengan cara membaiat atau janji setia:
1. Firman Alloh Ta'ala:
"Sesungguhnya umat ini adalah umat yang satu" (QS. al-Anbiya [21]: 92)

2. Dengan adanya jama'ah yang berbeda pasti berpecah belah, ini adalah fakta (Baca QS. al-Anfal [8]: 46)
3. Kita dilarang meniru orang musyrik dan ahli kitab yang senang berpecah belah. (Baca QS. Ali Imron [3]: 105.
4. Istilah dalam hadits pun hanya menyebut satu jama'ah, bukan beberapa jama'ah. Rosulullah bersabda: "Tangan Alloh bersama satu jama'ah."
Pada hadits ini Raosulullah menyebutkan (satu jama'ah), bukan (beberapa golongan)
5. Sabda Rosululloh:
"Barang siapa yang tidak taat kepada pemimpin dan memecah belah satu jama'ah."
6. Sabda Rosululloh:
"Tujuah puluh dua di neraka dan satu di surga dan dia itu satu jama''ah."

Lajnah Daimah ketika ditanya tentang hukum golongan seperti Hizbut Tahrir dan Ikhwanul Muslimin, maka  mereka menjawab: "Umat Islam dilarang berpecah belah di dalam urusan agama mereka menjadi beberapa golongan dan partai yang mengakibatkan saling mencela dan bertengkar. Pendiri dan pengikutnya dicela. Mereka diancam dengan siksaan yang pedih. Alloh 'Azza wajalla dan Rosululloh berlepas diri dari itu semua, baca QS. Ali Imron[3]: 103." (Fatawa Lajnah Da'imah no 1674)

Ibnu Baz r ketika ditanya bagaimana sikap ulama Sunnah dengan munculnya perpecahan kaum muslimin menjadi beberapa golongan dan saling mencela. Boleh masuk di dalamnya sebagai upaya menasehati sebelum kehancuran menimpa mereka? Beliau  menjawab: "Sesungguhnya Nabi kita Muhammad hanya memberi satu jalan kepada kita. Umat Islam hendaknya menempuhya yaitu jalan 'Azza wajalla yang lurus dan kokoh. 'Azza wajalla berfirman: "Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Alloh kepadamu agar kamu bertakwa." (QS. al-An'am [6]: 153)

Alloh 'Azza wajalla melarang umat Rosululloh berpecah belah dan berselisih, karena yang demikian itu mengakibatkan kegagalan dan menggalang kekuatan  musuh. Baca QS. Ali Imron [3]: 103." (Majmu' Fatwa Ibnu baz; 5/202)

Syaikh Ibnu Utsaimin r ditanya; "Bagaimana pendapat syaikh dengan adanya golongan yang banyak sekali yang menamakan diri mereka golongan Islam?" Beliau menjawab: "Kami sering  membicarakan masalah ini, dan kami menjelaskan bahwa dengan jumlah golongan yang banyak, maka banyak pemuda terfitnah. Perpecahan mereka menyebabkan perpecahan hati juga. Jika perpecahan mereka beda pendapat itu hal ringan, akan tetapi musibah yang menimpa dengan adanya jama'ah yang jumlahnya banyak, mereka saling sesat dan menyesatkan, bid'ah membid'ahkan dan bahkan saling mengkafirkan antara satu dengan yang lain, mestinya balak yang  menimpa kepada kita dari orang fasik dan orang kafir, akan tetapi balak ini datang dari kalangan kita sendiri." (Liqo' Babil Maftuh: 88/31)

Syaikh Sholih al-Fauzan h ditanya tentang bagaimana hukumnya dengan berdirinya beberapa jama'ah Islamiyah. Beliau  menjawab: "Umat Islam hendaknya hanya satu  jama'ah. Adapun adalanya jama'ah yang berbeda hukumnya haram, berdasarkan firman Alloh 'Azza wajalla surat al-Anfal : 46, Ali-Imron :103-105 (al Muntaqo min Fatawa al-Fauzan: 42/22)
Adapun mendirikan yayasan atau lembaga dakwah dan pendidikann, sifatnya tolong menolong dalam hal kebaikan, tidak menggunakan manhaj yang berbeda, insya Alloh masauk dalam wajib-nya kita tolong menolong. Wallahu a'alam

BAHAYA DAN PENYEBAB PERPECAHAN UMAT ISLAM
Perpecahan umat Islam sungguh berbahaya, karena pasti timbul permusuhan batin, saling membenci dan memusuhi. Timbul kata-kata keji, sombong dan bangga dengan kelompoknya, memfitnah dan mengejek orang yang bukan golongannya, berbahaya bagi perekonomian. Mereka tidak memberi kepada kelompok lain yang bukan kelompoknya, sekalipun mereka punya hak untuk mendapatkannya.

Lebih dari itu para tokohnya memilintir dalil untuk membela kelompoknya, menolak kebenaran yang bukan dari golongannya dan menghalangi orang lain menyampaikan kebenaran al-Qur'an dan Sunnah kepada golongannya, bahkan bila mereka mampu, mereka mengusir orang yang menyampaikan kebenaran di tempat ibadahnya, kajian mereka, jangan baca kitab dan bukunya dan jangan bergaul dengan mereka."
Orang yang baik menurut mereka adalah orang yang masuk golongannya, sekalipun mereka tidak sholat, dan orang yang jelek bagi mereka adalah orang yang tidak masuk golongannya, sekalipun mereka pembela dan pengamal Sunnag Nabi s.

Wala' dan Baro' atas dasa golongan bukan atas kebenaran. Wahai para pembaca, buktikan hidup mereka dengan sifat yang ada. Itulah watak orang-orang Yahudi  dan Nasrani -Baca QS. al-Baqoroh [2]: 113, 120,135.
Itulah sifat munafik mereka membendung bantuan material kepada bukan kelompoknya -Baca QS. al-Munafiqun [63]: 7. Itulah sifat orang kafir, membelanjakan harta untuk membendung Syariat Islam dan pemeluknya - baca QS. al-Anfal[8]: 36)

Tidaklah umat Islam ini berpecah belah menjadi beberapa golongan melainkan pati ada penyebabnya, demikian pula umat Islam ini bersatu juga ada sebabnya.
Ibnu Taimiyyah r menjelaskan, bahwa penyebab utama perpecahan umat karena kebodohn dan kedengkian, -Lihat Iqtidho' Shirotil Mustqim 1/119-.

1. Tidak mengerti syariat Islam adalah pangkal perpecahan dan kehancuran
Orang yang bodoh tidak sama dengan orang yang  berilmu, -baca QS. az-Zumar [39]: 9, QS. Fathir [35]: 19). Orang yang bodoh bersifat merusak, sedangkan orang berilmu suka persatuan . Orang jahil dengan agama Islam dasarnya hanya dugaan dan angan-angan, berbeda dengan orang-orang berilmu.
Orang bodoh tersest dan menyesatkan. Jika mereka bodoh dalam urusan dunia, dampaknya membuat rugi dan merusak perekonomian. Tetapi jika jahil (bodoh) dengan ajaran Islam mereka tersesat dan menyesatkan. Rosululloh bersabda:
"...sehingga bila tidak ada seorangpun yang berilmu, manusia akan memilih pemimpin yang bodoh, jika mereka ditanya, mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka tersesat dan menyesatkan." (HR. al-Bukhori: 1/50).

Oleh karena itu bekal utama setiap para utusan Alloh 'Azza wa jalla adalah ilmu. Bahkan ayat yang pertama yang diterima oleh Rosululloh adalah ayat tentang ilmu - baca QS. al-'Alaq [96]., Dan ayat yang terakhir yang turun juga ayat tentang ilmu, baca QS. al-Maidah [5]: 3.
Imam malik berkata: "Guru Robi'ah pada suatu hari menangis, lalu ditanya: 'Musibah apa yang menimpa kepadamu?' 'Tidak ada musibah, akan tetapi orang yang tidak berilmu dimintai fatwa." (al-I'tishom: 2/172)
Semangat yang hanya didasari niat baik, melangkah dengan kebodohan akan menimbulkan perpecahan dan kehancuran. Ibnu Mas'ud r berkata: "Berapa banyak manusia yang berkeinginan baik akan tetapi tidak meraih kebaikan."

Contoh masa jahiliyah yang  mengakibatkan perpecahan umat adalah bangga dengan keberhasilan. Penyakit ini biasanya mengidap kepada orang yang ingin cari nama dan kedudukan serta kelompok yang fanatik kepada golongan.
Penyakit ini berbahaya karena mereka merasa benar dan berkuasa, sedangkan yang lainnya menjadi budak belaka.
Berbangga-bangga hukumnya haram. Alloh 'Azza wa jalla berfirman:
"...Dan Alloh tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. al Hadid [57]: 23.

Adapun orang yang hatinya senang karena mampu beribadah, sebagai mana orang yang berpuasa dia gembira pada saat berbuka, adalah bagian nikmat yang patut disyukuri.
Demikian pula orang yang selamat dari penyakit syirik dan bid'ah kemudian beralih kepada Tauhid dan sunnah, maka layak dia  bersyukur kepada Alloh 'Azza wajalla tetapi jangan lantas membanggakan diri untuk mencari pujiann manusia. Alloh Azza wajalla berfirman:

"Katakanlah: Dengan karunia Alloh dan Rahmat-Nya, hendaknya dengan itu mereka bergembira. Karunia Alloh dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan..." (QS. Yununs [10]: 58)

Alloh 'Azza wajalla mengatakan "dengan karunia Alloh dan rahmat-Nya," tidak berkata: "dengan amal dan usaha mereka." mungkin orang bertanya lagi bagaimana dengan firman Alloh 'Azza wajalla:
"Dan terhadap nikmat Rabbmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur) (QS. adh-Dhuha [93]: 11)

Alloh 'Azza wajalla mengatakan: "terhadap nimat Rabbmu," bukan berkata "amal usahamu".

Syaikh Sholih Fauzan h berkata: "Kita tidak menyebutnya karena ingin pujian manusia, akan tetapi karena mensyukuri nikmat Alloh." (al-Ijtima' wa Nabdzul Iftiroq: 1/159) Wallohu a'lam

Syaikh Dr. Fauzan h berkata: Orang Islam tidak boleh membanggakan diri dengan perbuatannya atau karya bapak-bapak mereka, karena hal tersebut hukumnya haram. Membanggakan diri dan menghina yang lain termasuk perbuatan jahiliyah. Bagaimana manusia bangga dengan amalnya yang baik, padahal dia sedikit beramal. Jika manusia dilarang membanggakan amalnya dihadapan manusia, maka bagaimana dia di hadapan Alloh 'Azza wajalla, tentu lebih berat hukumannya.

Orang Islam hendaknya merasa kurang ibadahnya dan menjauhi sifat jahiliyah ini. Rosululloh SAW ketika mendapat kedudukan menjadi pimpinan anak Adam besok pada hari kiamat, beliau berkat "Wala fakhor (saya tidak bangga)." (Syarah Masa'il Jahhiliyah: 1/248)

Merasa dirinya atau kelompoknya yang benar dan menolak kebenaran orang lain termasuk  masalah jahiliyyah, memecah belah umat dan merupakan perkara yang harus ditinggalkan.
Syaikh Sholih Fauzan h berkata: "Orang Islam harus menjauhi watak orang Yahudi dan Nashrani, karena mereka menolak kebenaran dari orang yang tidak disukainya. Janganlah kebencianmu kepada seseorang menolak kebenaran yang ada pada dirinya. Orang seperti ini banyak kita jumpai pada jaman sekarang. Jika golongan atau organisasi  membenci salah seorang ulama, mereka menolak kebenaran yang dibawa olehnya, menjauhinya, melarang membaca kitabnya dan mendengarkan kaser ceramahnya yang menyampaikan kebenaran. Mengapa demikian? Karena mereka terlanjur membenci ulama' itu. Oleh karenanya janganlah permusuhanmu kepada orang menolak kebenaran yang dia bawa. Orang Yahudi ketika datang kepada Rosululloh mereka berkata: "Kalian menyekutukan Alloh karena kamu berkata: "Alloh  berkehendak dan Muhammad berkehendak." Lalu Nabi s berkata: "Hanya Alloh yang berkehendak" dan hendaknya mereka tidak berkata lagi:: "Alloh  berkehendak dan Muhammad berkehendak." Beliau menerima kebenaran orang Yahudi dan memerintah sahabatnya agar meninggalkan kata-kata yang salah. (Syarah Masa'il Jahiliyah: 1/129)

2. Mengikuti Hawa Nafsu
Dengki merupakan sifat penyembah hawa nafsu, pemecah belah umat yang mau bersatu. Hawa nafsu adalah penyakit hati, tidaklah Alloh 'Azza wajalla menyebutnya di dalam ayat-Nya melainkan sifat jelek, yang merusak jiwa dan umat yang mau bersatu. Alloh 'Azza wajalla berfirman:
"Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan orang lain dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan." (QS. al-An'am [6]: 119) Dan baca QS. al-Jatsiyah [45]: 23, QS. an-Najm[53]: 23 dan QS. al-Qoshosh [28]:5 semua ayat ini menjelaskan jahatnya hawa nafsu.

Penyembah hawa nafsu bukan hanya penyakit orang bodoh, akan tetapi boleh jadi penyakitnya orang berilmu. Bukankah ahli kitab dengki kepada Rosululloh SAW dan pengikutinya karena mengikuti hawa nafsu?

Diantara hawa nafsu yang menyebabkan perpecahan umat adalah dengki. Sifat dengki adalah sifat Iblis yang terlaknat, sifat orang Yahudi dan Nashrani serta firqoh dholalah dari umat ini.
Perhatikan sepat terjang Khowarij, Syi'h, Mu'tazilah dan yang sejalan dengan mereka? mereka memecah belah umat dengan hawa nafsu dan meninggalkan sunnah Rosululloh SAW dan sunnah sahabatnya, berapa banyak manusia tertipu oleh mereka.
Bukan hanya  memecah belah umat, tetapi lebih dari pada  itu, mereka menghalangi umat yang ingin kembali kepada Sunnah Rosululloh bahkan berusaha memfitnah dan membunuhnya. Mereka itu disifati oleh Rosululloh:
"Mereka membunuh umat Islam dan membiarkan penyembah patung" (HR. al-Bukhori: 12/9)

Wahai para pembaca yang beriman, betapa banyak penunutu ilmu salafus sholih yang difitnah, dicaci, dihina di media cetak dan elektronik. Siapa penghinanya? Ternyata orang Islam sendiri yang dengki dengan ajaran Rosululloh, yang ambisi terhadap kedudukan dan khawatir kehilangan pengikutnya. Apa alasan mereka membenci dan menghalangi dakwa salafush sholih? Tidak lain karena mengikuti hawa nafsu, dengki dan doktrin. Na'udzu billahi min dzalik. Apabila pembaca ingin mengetahui sifat dengki dan permusuhan mereka kepada salafush sholih, baca QS. al-Baqoroh [2]: 113, QS. al-An'am[6]: 153 dan QS. ar-Rum [30]: 31-32.

JALAN MENUJU PERSATUAN KAUM MUSLIMIN
Jika kita membaca pokok pembahasan ayat di atas dan makna ayat secara umum, jelaslah bahwa satu-satunya jalan untuk menyatukan umat yang bercerai berai hanya kembali  kepada hukum Alloh 'Azza wajalla dan sunnah Rosululloh SAW.
Satukan umat dengan menyeru mereka agar mentauhidkan Alloh 'Azza wajallai karena setiap orang yang bertauhi akan disatukan hatinya oleh Alloh 'Azza wajalla. Sebaliknya, orang yang berbuat syirik pasti mereka bercerai-berai. -baca QS. ar-Rum [30]: 31-32-. Oleh karena itu perintah umat agar bertauhid dan hentikan mereka dari perbuatan syirik, Insya Alloh mereka akan bersatu.

Satukan umat Islam dengan kembali kepada Sunnah Rosululloh SAW dan Sunnah sahabatnya serta menjauhi perbuatan bid'ah yang menyebabkan perpecahan. -baca QS. al-An'am [6]: 153, QS at-Taubah [9]: 100, QS. an-Nisa' [4] 115, baca pembukaan khutbah Rosululloh SAW setiap beliau khutbah Jum'at, niscaya umat Islam akan bersatu -..

Marilah kita galang persatuan dengan taat kepada pemimpin Islam yang memerintah kepada kebenaran, bersabar atas kecurangannya, menasihati dengan lembut bila mereka bersalah serta mendo'akannya agar dia mendapat petunjuk. -baca QS. an-Nisa [4]: 59.-
Rosulululloh SAW bersabda:
"Aku wasiatkan kepadamu hendaknya kamu taat kepada Alloh dan mendengarkan serta menaati [pemimpinmu] sekalipun dia budak Habsyi, karena setelah aku meninggal dunia orang  yang hidup diantara kamu akan melihat banyak perselisihan." (HR. Abu Dawud: 13/327. Dishohihkan oleh al-Albani, Baca kitab Silisilah Shohihah).

Wasiat beliau ini adalah jalan untuk  menggalang persatuan, menyatukan umat agar menjadi orang yang bertakwa dan bertauhid, kemudian menyatukan mereka agar mendengar dan menaati pemimpinnya.

Syaikh Sholih al-Fauzan r berkata: "Perlu dimaklumi bahwa dinul Islam tidak akan tegak melainkan umat bersatu. Tidaklah umat bersatu melainkan bila ada pemimpin, dan tidaklah  tegak pemimpin melainkan bila didengar dan ditaati.. Bangsa Arab sebelum datang pemimpin dunia yaitu Rosululloh SAW, mereka bercerai berai, saling perang memerangi seperti Dahis, Ghubaro', Bu'ats dan perang  lainnya. Peperangan mereka  berlangsung lebih dari seratus tahun, sungguh amat celaka kehidupan mereka, hingga Alloh 'Azza wajalla mengaruniai mereka dengan diutus Muhammad Rosululloh SAW, beliau menyeru mereka agar beribadah hanya kepada Alloh 'Azza wajalla saja., agar bersatu atas dasar iman, lalu sebagian mereka menerima seruan Rosululloh SAW, maka berbahagialah hidup mereka dan mereka bersatu dengan bendera tauhid yang dikibarkan oleh Rosululloh SAW. Maka lenyaplah kebencian, kemarahan dan permusuhan merkea. Mereka kembali bersatu padahal sebelumnya berseteru." (al-Ijtima' wa Nabdz'ul Furqoh: 55)

Mari kita galang persatuan umat dengan  menjauhkan mereka dari sifat tamak dan rakus kedudukan dan harta benda, karena orang yang ambisi terhadap dunia akan meninggalkan ad-Din (agamanya) dan umat pasti berpecah belah, -baca Qs. al-Kahfi [18]: 28.-
Ibnu Umar rh berkata: Rosululloh SAW bersabda:
"Apabila kamu jual beli dengan sistem 'ijnah, dan kamu sibuk dengan ternak sapimu, dan kamu lebih menyenangi bercocok tanam, dan kamu tinggalkan jihad, maka Alloh menghinakan dirimu, tidaklah Dia mencabut kehinaan itu melainkan bila kamu kembali kepada agamamu." (HR. Abu Dawud no 3003, Kitabul Buyu' dan Ahmad 5304)

Mari kita galang persatuan dengan mengilmui iman, rukun dan cabangnya, mengamalkan makna Islam yang benar agar mereka lepas dari penyakit ambisi harta dan kedudukan, -Baca QS. al-Hujurot [49]: 10 dan QS. Ali-Imron [3]:103.
Mari kita galang persatuan dengan memerintah yang haq (kebenaran) dan membendung kemungkaran, menasihati dan mau menerima nasihat. Mari kita kikis permusuhan dan kedengkian, insay Alloh kita akan bersatu. -Baca QS. al-Baqoroh [2]: 213, QS al-Maidah [5]: 2 dan QS al-'Ashr [103]: 2)--,
Dari Abu Hurairoh r Rouslulloh bersabda: "Jauhilah prasangka, karena prasangkan merupakan paling dustanya perkataan, dan janganlah mencari-cari berita, janganlah mencari kesalahan, jangan saling dengki, jangan saling marah, dan jadilah kalian hamba Alloh yang bersaudara." (HR. al-Bukhori: 6064, Muslim: 2563)

Rosululloh bersabda:
"Maka sesungguhnya darahmu dan hartamu haram diganggu sebagaimana haramnya kamu mengganggu saudaramu pada hari ini (Arofah) pada bulan ini (Dzulhijjah) dan negeri ini (Makkah) sampai hari enggkau  menjumpai Robbmu." (HR. al-Bukhori: 6/412)

Tidak setiap orang boleh membicarakan sesuatu yang itu merupakan hak ulama Sunnah. Misalnya membicarakan kesalahan pemimpin, karena tidaklah orang mengetahui kejahatan dia tahu cara mengingkarinya. Karena ingkarul mungkar butuh ilmu, tidak boleh ingkarul munkar dengan cara yang mungkar sebagaimana fatwa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah r, -Baca QS. an-Nisa' [4]:83)-
Syaikh Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin h berkata: "Hendaklah kalian memperhatikan ayat ini (QS. an-Nisa' [4]: 83, di dalamnya mengandung  pendidikan. Jika terjadi perkara yang mengganggu keamanan negara atau hal yang mengancam, hendaknya tidak semua orang berbicara, tidak minta fatwa kepada sembarang manusia, akan tetapi hendaknya mengembalikan urusannya kepada ulama yang mendalami ilmu ad-Din dan ahli ijtihad." (Amnul Bilad Ahammiyatuhu wa Wasilu Tahqiqihi wa Hifdhihi hlm. 25).

Inilah cara ulama dahulu menyatukan umat penuh rahmat dan bijaksana, didasari ilmu dan pengalaman. Imam Malik r berkata: "Tidak mungkin kalian akan memperbaiki umat ini melainkan dengan cara ulama dahulu ketika memperbaiki dan menyatukan umat." Semogar dengan keterangan singkat ini Alloh 'Azza wajalla memberi petunjuk kepada kita semua ke jalan yang diridhoi-Nya.[]

Sumber:  Majalah al-Furqon Edisi 8 Th. 9 1431/2010
Share this article :

Posting Komentar

 
Blog Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Copyright © 2014. Abu Fakhiroh . All Rights Reserved.
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger