Banner

banner
News Update :
Home » , » Kebathilan Mazhab Muawwilah (Mu'aththilah)

Kebathilan Mazhab Muawwilah (Mu'aththilah)

Penulis : Unknown on Rabu, 21 November 2012 | 11.25

(Bag. 3: Memahami Sifat Tangan Alloh 'Azza wajalla)

Komunitas ahlul kalam mengingkari dan mentakwil ayat-ayat dan hadist yang kita sebutkan di atas dengan takwilan-takwilan yang bathil. Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tangan adalah qudrah (kekuasaan). Sebagian lain ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tangan adalah nikmat. Argumentasi mereka bahwa jika kita meyakini Alloh 'Azza wajalla punya tangan, kita akan terjerumus kepada penyerupaan Alloh 'Azza wajalla dengan makhluk. Alasana mereka lainnya bahwa dalam bahasa Arab kata-kata tangan digunakan kadangkala untuk penyebutan nikmat. Jawaban Ahlush Sunnah terhadap syubhat-syubhat tersebut adalah sebagagi berikut:

Syubhat pertama:
Tangan Alloh adalah qudroh-Nya
Jika kita mencermati ayat-ayat dan hadist-hadist yang disebutkan di atas, kita menyebutkan bahwa tidak sama antara qudrah dan tangan. Karena Alloh 'Azza wajalla mempergunakan kedua lafadz tersebut dalam konteks-konteks yang berbeda. Seperti ayat yang menyebutkan kemuliaan Adam 'alaihi salam di atas makhluk-makhluk-Nya yang lain. Bahwa Alloh 'Azza wajalla menciptakannya dengan kedua tangan-Nya. Jikalau tangan diartikan qudroh maka semua makhluk diciptakan Alloh 'Azza wajalla dengan qudroh. Dengan demikian tentu tidak ada kelebihan dan keistimewaan Adam 'alaihi salam atas makhluk-makhluk-Nya yang lain. Tentu Iblis akan menjawab ketika Alloh 'Azza wajalla berkata kepadanya kenapa dirinya enggan sujud kepada Adam 'alaihi salam yang Alloh 'Azza wajalla ciptakan dengan kedua tangan-Nya?, yaitu dirinya pun Alloh 'Azza wajalla ciptakan dengan kedua tangan-Nya. Hal ini bila sekiranya tangan Alloh 'Azza wajalla bisa diartikan dengan qudroh.

Semua orang Islam sepakat bahwa sifat Qudroh Alloh 'Azza wajalla adalah satu, bukan dua. Jika tangan diartikan dengan qudroh pada kisah Adam 'alaihi salam tersebut, tentu akan  berbunyi sebagai berikut: "Kenapa engkau enggan sujud kepada Adam yang aku ciptakan dengan qudrah-Ku. Pemhaman seperti ini tidak seorang pun mengenalnya dalam Islam.

Syubhat kedua:
Maksud tangan Alloh adalah nikmat-Nya.
Demikian pula bila tangan Alloh 'Azza wajalla ditakwil dengan nikmat, apakah akan dikatakan bahwa Adam 'alahi salam diciptakan dengan dua nikmat. Sedangkan nikmat Alloh 'Azza wajalla bukan dua adanya namun tidak terbilang, bagaimana bisa dikatakan hanya dua. Kalau Adam 'alaihi salam diciptakan dengan nikmat, tentu tidak ada kelebihan Adam 'alaihi salam atas Iblis. Tentu Musa 'alaihi salam tidak akan  memuji Adam 'alahi salam dengan penciptaan Alloh 'Azza wajalla terhadapnya. Demikian pula manusia tatkala perada di Padang Mahsyar, yaitu ketika mereka memohon agar Adam 'alaihi salam memintakan syafaat atas mereka kepada Alloh 'Azza wajalla. Mereka memuji dan menyebutkan kemuliaan Adam 'alaihi salam, dimana Alloh 'Azza wajalla telah menciptakannya dengan kedua tangan-Nya.

Berkata Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah dalam menjawan dua yubhat di atas: "Firman Alloh 'Azza wajalla: Aku ciptakan dengan kedua tangan-Ku, tidak bisa diartikan bahwa yang dimaksud dengannya adalah qudrah. Karena qudra adalah satu. Dan tidak bilangan duab digunakan untuk menyatakan satu. Dan juga tidak bisa diartikan dengan nikmat, karena nikmat Alloh 'Azza wajalla tidak terhitung (jumlahnya). Dan nikmat yang tidak terbilang tidak bisa dinyatakan dengan bilangan dua. (Majmu' Fatawa: 6/365)

Syubhat ketiga:
Meyakini Alloh mempunyai sifat tangan adalah menyerupakan Alloh dengan makhluk
Syubhat ini yang senantiasa dikemukakan oleh setiap pengingkar sifat-sifat Alloh 'Azza wajalla. Bagi pembaca, dengan pembahasan yang berlalu akan sangan mudah dalam menjawabnya. Karena sifat tangan disini dinisbahkan kepada Alloh 'Azza wajalla tidak kepada makhluk. Maka segala sifat Alloh 'Azza wajalla  sesuai dengan kebesaran dan kemuliaan Zat Alloh 'Azza wajalla. Kita tidak meyakini sifat tangan Alloh 'Azza wajalla seperti tangan makhluk. Jika kita katankan seperti tangan makhluk berarti yang kita yakini bukan sifat Alloh 'Azza wajala, tetapi sifat makhluk. Mungkinkah akan disamakan sifat Alloh 'Azza wajalla dengan sifat makhluk! Karena setiap sifat sesuai dengan kondisi zat setiap sifat tersebut. Apakah kita akan mengatakan tangan hewan seperti tangan manusia? Karena sama-sama disebut tangan.Setiap makhluk yang diberi tangan berbeda bentuk dan hakikatnya sesuai dengan zat masing-masing makhluk tersebut. Kucing, gajah, kerbau, sapi, kera, masing-masing memiliki tangan. Tetapi tidak pernah tergambar dalam benak kita ketika ada orang menyebut tangan monyet lalu kita pahami seperti tangan gajah.

Syubhat keempat:
Kata-kata tangan dalam bahasa Arab digunakan  kadangkala untuk menyebut nikmat
Kalimat tangan kadangkala penggunaannya dalam bahasa Arab memang diartikan dengan nimat, namun selalu digunakan terhadao zat yang memiliki sifat tersebut secara hakiki. Oleh sebab itu tidak pernah disebut kepada air, udara dan hujam memiliki tangan. Sebab zat tersebut secara hakiki tidak memiliki tangan. Selanjutnya penentuan makna ditentutak oleh konteks susunan kata dimana kalimat tangan tersbut ditempatkan. Tidak mungkin setiap kita menemukan kalimat tangan diartikan dengan nikmat. Maka ayat-ayat dan hadits-hadits yang kita sebutkan di atas tidak bisa ditakwil dengan nikamt dan qudrah karen konteks susunan kalimatnya tidak mendukung ke arah tersebut sama sekali.

Sebagai bukti terakhir kebatilan pentakwil tersebut adalah simpang siurnya penafsiran dan makna yang disebutkan para ahli kalam terhadap ayat atau hadist yang sama. Hal ini adalah satu indikasi yang membuktikan bahwa ahli kalam tidak mempunyai dasar yang valid dalam menentikan takwil-takwil mereka. []
Share this article :

Posting Komentar

 
Blog Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Copyright © 2014. Abu Fakhiroh . All Rights Reserved.
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger