Judul asli
:Tanwir Azh-Zhulumat bi Kasyfi Mafasid wa Syubuhat
al-Intikhabaat
Penulis : Syaikh Abu Nashr Muhammad bin Abdillah Al Imam
------------------------------------------------------------------------------------------
Kata Pengantar Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi'i
Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah atas Nabi kita
Muhammad, keluarga, dan para shahabat beliau. Aku bersaksi bahwa sesungguhnya
tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah saja tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan
aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Amma ba’du,
Satu di antara tanda-tanda kenabian adalah bangkitnya Ahlus Sunnah untuk membantah ahli bid’ah dan orang-orang yang menyimpang. Dan ini termasuk bukti benarnya sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Akan terus ada sekelomok dari umatku yang tegak di atas kebenaran, tidak akan membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi dan menghinakan mereka hingga datangnya urusan Allah dan mereka dalam keadaan demikian.”
Amma ba’du,
Satu di antara tanda-tanda kenabian adalah bangkitnya Ahlus Sunnah untuk membantah ahli bid’ah dan orang-orang yang menyimpang. Dan ini termasuk bukti benarnya sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Akan terus ada sekelomok dari umatku yang tegak di atas kebenaran, tidak akan membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi dan menghinakan mereka hingga datangnya urusan Allah dan mereka dalam keadaan demikian.”
Ahlus Sunnah-lah yang membongkar kebatilan dan kedustaan khawarij, rafidlah dan jahmiyyah. Ahlus Sunnah pula yang berdiri tegak menghadapi kerancuan-kerancuan dan lelucon mu’tazilah.
Apabila engkau membaca sejarah niscaya akan kau dapati bahwasannya orang- orang yang bangkit untuk membantah kebatilan-kebatilan tersebut adalah Ahlus Sunnah. Demikian pula ketika kau membaca bantahan-bantahan para imam kita terhadap ahli bid’ah niscaya hatimu akan menjadi sejuk. Maha Benar Allah ketika berfirman di dalam Kitab-Nya yang mulia :
“Sesungguhnya Kami-lah yang menjaga Al Quran dan sesungguhnya Kami benar- benar memeliharanya.” (QS. Al Hijr : 9)
Sungguh Allah telah menjaga agama-Nya dari perubahan, penggantian dan penyimpangan. Hingga tatkala ahli bid’ah melakukan penyimpangan maka Ahlus Sunnah pun bangkit untuk membantah mereka. Maha Benar firman Allah Azza wa Jalla :
Dan katakanlah : “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS. Al Isra’ : 81)
Allah Azza wa Jalla berfirman :
“Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu mensifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya).” (QS. Al Anbiya : 18)
Allah Azza wa Jalla berfirman :
“Adapun buih itu akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya, adapun yang memberi manfaat kepada manusia maka ia tetap di bumi.” (QS. Ar Ra’d : 17)
Dia juga berfirman :
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabb-nya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan ini untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi, tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.” (QS. Ibrahim : 24-26)
Tidaklah kebatilan itu menjadi besar dan berkuasa kecuali sebentar. Demikianlah dari zaman ke zaman. Para pengekor kebatilan akan susut habis seiring dengan matinya kebatilan tersebut. Mereka tidak dikenang kecuali dengan celaan dan tahdzir .
Di zaman kita sekarang ini, generasi penerus pendukung paham sekuler dan komunis telah bergerak dengan satu baju. Dan orang yang menyingkap kejahatan mereka adalah Ahlus Sunnah. Demikian juga telah bergerak ahli bid’ah dari kalangan orang-orang sufi, syiah, hizbiyyun, dan jamaah takfir. Maka orang yang menghadapi dan membantah kebatilan mereka adalah Ahlus Sunnah. Subhanallah, orang-orang yang dihadapi Ahlus Sunnah akan terbakar dan terbakar pula fikrahnya. Benarlah perkataan seorang penyair :
Tidaklah orang yang mati istirahat dengan kematiannya
Tidak lain kematian adalah matinya orang yang punya kehidupan
Orang yang mati adalah orang yang hidup dalam keadaan sedih
Putus asa dan sedikit harapan
Betapa banyak seorang hizbi yang tadinya memiliki kekuasaan, kebesaran dan dijuluki dengan gelar-gelar penghormatan namun setelah Ahlus Sunnah menjelaskan keadaannya matilah ia beserta pemikirannya.
Di antara ulama Ahlus Sunnah masa kini yang bangkit menghadapi para pengekor kebatilan itu adalah Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah, Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah, Syaikh Rabi’ bin Hadi dan lain-lain.
Di Yaman adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al Washabi, Syaikh Abul Hasan Al Ma’ribi, Syaikh Abdul Aziz Al Bura’i, Syaikh Abdullah bin Utsman Adz Dzammari, Syaikh Utsman bin Abdillah Al Utmi, Syaikh Yahya Al Hajuri, Syaikh Ahmad bin Sa’id Al Hajuri dan Syaikh Abdurraqib Al Ibbi.
Dan di antara mereka adalah Syaikh Ad Da’iyah Muhammad bin Abdillah Ar Rimi yang digelari dengan Al Imam. Adalah beliau hafidzahullah memadukan ilmu, amal dan dakwah. Murid beliau berjumlah sekitar tujuh ratus hingga delapan ratus orang. Pada liburan musim panas tak ada yang mengetahui jumlah mereka kecuali Allah. Sungguh madrasahnya telah membuahkan hasil yang baik. Beliau terus mendidik, mengajar dan bersabar menghadapi makar hizbiyyun. Sampai kemudian mereka datang menipu murid-muridnya dengan harta. Beliau menyadari bahaya ini dan nyaris putus asa akan kemungkinan rujuknya kebanyakan mereka. Maka bangkitlah Syaikh Al Imam memperingatkan umat dari bahaya hizbiyyun.
Buku ini adalah buku yang barakah di mana beliau membantah hizbiyyun dengan cara yang baik. Aku tidak melihat ada buku lain yang sama baik dalam pembahasannya.
Semoga Allah membalas kebaikan kepada saudara kita Syaikh Muhammad dan memberinya taufik agar tambah bersemangat dan kian kuat membela agama dan Ahlus Sunnah. Semoga Allah melindungi kita dan beliau dari segala keburukan.
Abu Abdirrahman Muqbil bin Hadi Al Wadi’i
7 Sya’ban 1417 H