
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya.” (QS. An Nisa’: 48).
Dosa Syirik yang Dibawa Mati
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya berkata, “Allah Ta’ala
tidak akan mengampuni dosa syirik yaitu ketika seorang hamba bertemu
Allah dalam keadaan berbuat syirik.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim,
terbitan Dar Ibnul Jauzi, 3: 129).
Maksud ayat ini kata Ibnul Jauzi yaitu Allah tidak akan mengampuni
pelaku syirik (musyrik) yang ia mati dalam kesyirikan (Lihat Zaadul
Masiir, 2: 103). Ini berarti jika sebelum meninggal dunia, ia sudah
bertaubat dan menyesali kesyirikan yang ia perbuat, maka ia selamat.
Yang dimaksud dengan “mengampuni” dalam ayat di atas
bermakna, Allah akan menutupi dan memaafkan. Jika dikatakan bahwa Allah
tidak akan mengampuni dosa syirik berarti Allah tidak akan memaafkan dan
menutupi orang yang berbuat syirik pada-Nya. Syirik yang dimaksudkan di
sini adalah syirik dalam rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat.
Karena mentauhidkan Allah adalah seutama-utamanya kewajiban. Sehingga
jika ada yang berbuat syirik (sebagai lawan dari tauhid), maka Allah
tidak akan mengampuninya berbeda dengan perbuatan maksiat lainnya yang
berada di bawah syirik atau selain syirik.
Yang termasuk bentuk syirik:
- Jika ada yang meyakini bahwa penguasa langit adalah Allah dan penguasa bumi adalah selain Allah, atau meyakini bahwa penguasa langit adalah berserikat antara Allah dan makhluk, atau meyakini bahwa Allah itu memiliki penolong dalam penciptaan langit dan bumi, maka ia musyrik. Ini syirik dalam rububiyah.
- Sujud kepada selain Allah, nadzar kepada selain Allah, menyembelih tumbal pada selain Allah, beribadah hanya untuk cari muka atau pujian (riya’), maka itu termasuk syirik. Riya’ termasuk syirik sebagaimana tekstual hadits. Ini syirik dalam uluhiyah.
- Meyakini bahwa ada yang semisal Allah dalam nama dan sifat, atau mengatakan bahwa menetapnya Allah di atas ‘Arsy seperti menetapnya makhluk di atas ranjang, atau mengatakan bahwa turunnya Allah ke langit dunia seperti turunnya makhluk, maka ini pun syirik. Demikian keterangan dari Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah dalam Tafsir Surat An Nisa’, 1: 387 yang penulis sarikan.
Dosa Di Bawah Syirik
Pada firman Allah,
وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya”.
Ayat ini dapat bermakna bahwa Allah mengampuni dosa selain syirik atau di bawah syirik.
Kalau seandainya ayat tersebut ditafsirkan dengan “selain syirik”,
maka kufur juhud (karena penentangan), misalnya karena menentang
wajibnya shalat tidak termasuk syirik, maka diampuni. Padahal dosa kufur
juhud tersebut sejajar syirik. Atau kufur juhud lainnya seperti
meyakini bahwa Allah tidak mengutus Rasul Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Jika ditafsirikan ‘selain syirik’ berarti juga diampuni. Padahal
pemahaman ayat tidaklah demikian. Sehingga lebih tepat, kita artikan
dengan “di bawah syirik”, makna lengkapnya: “Dan Allah mengampuni segala dosa di bawah syirik, bagi siapa yang dikehendaki-Nya”.
Ini berarti dosa-dosa yang sejajar syirik seperti kufur juhud sama-sama
tidak diampuni jika dibawa mati. Sedangkan dosa di bawah syirik seperti
zina, minum khomr, maka masih di bawah masyi’ah yaitu
kehendak Allah. Jika Allah menghendaki, maka akan dimaafkan. Jika Allah
menghendaki, maka akan disiksa. Lihat keterangan Syaikh Muhammad bin
Sholih Al ‘Utsaimin dalam Tafsir Surat An Nisa’, 1: 388-389.
Takutlah pada Syirik
Syaikh ‘Abdurrahman bin Qosim rahimahullah berkata, “Jika
seseorang mati dalam keadaan berbuat syirik tidak akan diampuni, maka
tentu saja ini menunjukkan bahwa kita mesti sangat khawatir terhadap
syirik karena begitu besarnya dosa tersebut di sisi Allah. (Hasyiyah
Kitab Tauhid, hal. 48).
Syaikh ‘Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh rahimahullah
berkata, “Syirik adalah dosa yang amat besar karena Allah sampai
mengatakan bahwa Dia tidak akan mengampuninya bagi siapa yang tidak
bertaubat dari dosa syirik tersebut. Sedangkan dosa di bawah syirik,
maka itu masih di bawah kehendak Allah. Jika Allah kehendaki ketika ia
berjumpa dengan Allah, maka bisa diampuni. Jika tidak, maka ia akan
disiksa. Jika demikian seharusnya seseorang begitu takut terhadap syirik
karena besarnya dosa tersebut di sisi Allah.” (Fathul Majid, hal. 85).
Ayat yang kita kaji berisi ajaran penting, yaitu agar kita waspada
terhadap kesyirikan. Namun anehnya saat ini, banyak yang tidak tahu
suatu perbuatan itu syirik. Sampai disangka jimat itu sebagai penolong,
Pak Kyai-lah yang memberi berkah, do’a lebih baik dengan tawassul
melalui wali yang telah mati, sedekah laut itu hanyalah tradisi untuk
menghilangkan musibah, semua ini malah disangka sebagai hal biasa dan
bukanlah dosa. Ini anehnya, syirik bukan sesuatu yang ditakuti dan
dikhawatirkan lagi. Bahkan dosa korupsi dianggap sebagai perkara yang
lebih besar bahayanya dibanding dengan berbagai macam klenik, jimat, dan
bentuk syirik lainnya. Na’udzu billah min dzalik.
Padahal syirik begitu berbahaya sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat lainnya,
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al An’am: 88).
وَلَقَدْ
أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ
لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az Zumar: 65).
Dalam hadits dari Jabir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ
“Barangsiapa yang mati dalama keadaan tidak berbuat syirik pada Allah dengan sesuatu apa pun, maka ia akan masuk surga. Barangsiapa yang mati dalam keadaan berbuat syirik pada Allah, maka ia akan masuk neraka” (HR. Muslim no. 93).
Hanya Allah yang memberikan taufik dan hidayah.
@ Sakan 27, Jami’ah Malik Su’ud, Riyadh-KSA, 7 Muharram 1434 H
Sumber: www.rumaysho.com
Posting Komentar