Banner

banner
News Update :
Home » , » Sejarah Munculnya Istilah Ahlus Sunnah wal Jama'ah

Sejarah Munculnya Istilah Ahlus Sunnah wal Jama'ah

Penulis : Unknown on Rabu, 02 April 2014 | 14.27

Penamaan istilah Ahlus Sunnah ini sudah ada sejak generasi pertama Islam pada kurun yang dimuliakan Allah, yaitu generasi Sahabat, Tabi'in, dan Tabi'ut Tabi'in.

'Abdullah bin Abbas rhadiyallahu'anhu berkata ketika menafsirkan firman Allah ta'ala:
"Pada hari itu ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram. Adapun orang-orang yang berwajah hitam muram (kepada mereka dikatakan): 'Mengapa kamu kafir setelah beriman? Karena itu rasakanlah adzab disebabkan kekafiran itu.'" (Qs. ali 'Imran: 106)

"Adapun yang putih wajahnya mereka adalah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, adapun orang yang hitam wajah mereka adalah Ahlul bid'ah dan sesat." (Tafsir Ibni Katsiir (I/419, cet Darus Salam), Syarah Ushuul I'tiqaad Ahlis Sunnah wal Jama'ah (I/79 no. 74))

Kemudian istilah Ahlus Sunnah ini diikuti oleh kebanyakan ulama Salaf rahimahullah, diantaranya:
  1. Ayyub as-Sikhtiyani rahimahullah (wafat th. 131 h), ia berkata: "Apabila aku dikabarkan tentang meninggalnya seorang dari Ahlus Sunnah seolah-olah hilang salah satu anggota tubuhku."
  2. Sufyan ats-Tsaury rahimahullah (wafat th. 161 h) berkata: "Aku wasiatkan kalian untuk tetap berpegang kepada Ahlus Sunnah dengan baik, karena mereka adalah al-ghurabaa'. Alangkah sedikitnya Ahlus Sunnah wal Jama'ah."(Syarah Ushuul I'tiqaad AhlisSunnah wal Jama'ah (I/71 no 49 dan 50).
  3. Fudhail bin 'Iyadh rahimahullah (wafat th. 187 h) berkata: "... Berkata Ahlus Sunnah: Iman itu keyakinan, perkataan, dan perbuatan."
  4. Abu 'Ubaid al-Qasim bin Sallam rahimahullah (hidup th. 157-224 h) berkata dalam muqaddimah kitabnya, al-Iimaan : "... Maka sesungguhnya apabila engkau bertanya kepadaku tentang iman, perselisihan umat tentang keaempurnaan iman dan engkau menyebutkan seolah-olah engkau berkeinginan sekali untuk mengetahui tentang iman menurut Ahlus Sunnah dari yang demikian..."
  5. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah (hidup th. 164-241 h), beliau berkata dalam muqaddimah kitabnya,As-Sunnah: "Inilah madzhab ahlul 'ilmi, ash-haabul atsar dan Ahlus Sunnah, yang mereka dikenal sebagai pengikut Sunnah Rasul shollallahu 'alaihi wa sallam hingga pada masa sekarang ini..."
  6. Imam Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah (wafat th. 310 h) berkata: "... Adapun yang benar dari perkataan tentang keyakinan bahwa kaum Mukminin akan melihat Allah pada hari Kiamat, maka itu merupakan agama yang kami beragama dengannya, dan kami mengetahui bahwa Ahlus Sunnah wal Jama'ah berpendapat bahwa penghuni Surga akan melihat Allah sesuai dengan berita yang shahih dari Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam."(lihat kitab Shariihus Sunnah oleh Imam ath-Thabary rahimahullah).
  7. Imam Abu Ja'far Ahmad bin Muhammad ath-Thahawi rahimahullah (hidup th. 239-321 h). Beliau berkata dalam muqaddimah kitab 'aqidahnya yang masyhur(al-'Aqiidatuth Thahaawiyyah): "... Ini adalah penjelasan tentang 'aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah."
 
Dengan penukilan tersebut, maka jelaslah bagi kita bahwa lafazh Ahlus Sunnah sudah dikenal di kalangan Salaf (generasi awal ummat ini) dan para ulama sesudahnya. Istilah Ahlus Sunnah merupakan istilah yang mutlak sebagai lawan kata Ahlul Bid'ah.

Para ulama Ahlus Sunnah menulis penjelasan tentang 'aqidah Ahlus Sunnah agar umat faham tentang 'aqidah yang benar dan untuk membedakan antara mereka dengan Ahlul Bid'ah. Sebagaimana telah dilakukan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Imam al-Barbahari, Imam ath-Thahawi serta yang lainnya.

Dan ini juga sebagai bantahan kepada orang yang berpendapat bahwa istilah Ahlus Sunnah pertama kali dipakai oleh golongan Asy'ariyyah, padahal Asy'ariyyah muncul pada abad ke-3 dan ke-4 Hijriyyah.
 
Pada hakikatnya, Asy'ariyyah tidak dapat dinisbatkan kepada Ahlus Sunnah, karena beberapa perbedaan prinsip yang mendasar, diantaranya:

  1. Golongan Asy'ariyyah menta'wil sifat-sifat Allah ta'ala, sedangkan Ahlus Sunnah menetapkan sifat-sifat Allah sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya, seperti sifat istiwa', wajah, tangan, Al-Qur'an Kalamullah, dan lainnya.
  2. Golongan Asy'ariyyah menyibukan diri mereka dengan ilmu kalam, sebagaimana penjelasan Imam asy-Syafi'i rahimahullah ketika mencela ilmu kalam.
  3. Golongan Asy'ariyyah menolak kabar-kabar shahih tentang sifat-sifat Allah, mereka menolaknya dengan akal dan qiyas (analogi) mereka.

***

Sumber: Syarah 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, hal 41-44. Penulis: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Share this article :

Posting Komentar

 
Blog Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Copyright © 2014. Abu Fakhiroh . All Rights Reserved.
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger